Efek Dunning-Kruger Vs Impostor Syndrome dan Pajak

 

Ada 2 (dua) hal yang sangat menarik ketika berinteraksi dengan banyak orang terkait pajak yaitu pertama penulis bertemu dengan beberapa orang yang penulis yakin bahwa mereka merupakan orang sangat ahli di bidang pajak namun mereka menyatakan bahwa mereka merasakan mereka tidak menguasai bidang tersebut.

Kedua, dalam lebih banyak kesempatan lagi, penulis bertemu banyak orang yang mengatakan bahwa mereka mengetahui bahwa mereka mengerti tentang pajak namun dari diskusi dan tulisan mereka ternyata keyakinan mereka akan keahlian mereka tersebut belumlah sebanding dengan  kenyataannya.

Fenomena yang pertama disebut dengan Impostor Syndrome dan fenomena yang kedua disebut dengan Dunning-Kruger Effect.

Sangat menarik ketika para orang yang sukses yang mempunyai Impostor experience merasakan bahwa mereka mengganggap bahwa keberhasilan mereka karena faktor keberuntungan, memang waktunya, dan seringkali menganggap bahwa orang lain sebenarnya lebih pintar dari dia hanya saja mereka tidak mengerti. Dalam hal ini, Impostor yang belum sukses seringkali merasa rendah diri dan merasa tidak mempunyai kualifikasi untuk pekerjaan tertentu walaupun sebenarnya orang lain merasa bahwa dia mempunyai potensi.

Lebih menarik lagi memang kutub lainnya yang dijelaskan oleh penelitian Dunning-Kruger yang mendapat hadiah Nobel tahun 2000 yaitu orang yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup cenderung menganggap bahwa dirinyalah yang paling hebat dan paling pintar. Hal tersebut dijelaskan dalam grafik diatas, dimana titik puncak adalah dimana ada orang yang baru tahu sedikit namun sudah merasa paling diatas yang lainnya dan biasanya tidak mau menerima pendapat orang lain (dalam bahasa lain bisa dikatakan bahwa dia “tidak tahu bahwa dia tidak tahu”).

Seiring dengan penambahan pengalaman dan pengetahuan, orang tersebut bisa jadi akan merasakan bahwa banyak orang lain yang lebih pintar dan hebat lagi dan grafik tersebut akan menurun sampai ke titik valley of despair (lembah keputusasaan). Kemudian apabila pengetahuan dan pengalamannya bertambah lagi , dia akan naik kepercayaannya sampai menjadi ahli expert/guru.

Secara teoritis menarik untuk ditanyakan adalah seberapa lama fase Mt. Stupid (gunung kebodohan), lembah keputusasaan dan lereng pencerahan (slope of enlightment) bagi setiap orang?

Memang terdapat kritik atas teori tersebut bahwa hal itu adalah efek perasaan (merasa bisa atau merasa tidak bisa) yang belum tentu sesuai dengan realitas. Namun, setidaknya kita dapat mengetahui dan menilai diri kita sendiri sehingga kita bisa mengevaluasi bahwa “kita tahu bahwa kita tidak tahu”.

NB: bisa jadi saya menulis ini saya berada di puncak Mt. Stupid karena saya bukan ahli psikologi atau dengan menulis ungkapan “saya berada di puncak Mt. Stupid” menunjukkan saya impostor , tapi setidaknya saya berbagi pengetahuan dengan anda semua dan mendapat pahala berlipat di bulan ramadhan ini.

Cheers

Leave a comment

Filed under Belajar

Perpustakaan di Sydney

Setelah sebelumnya dibahas tentang perpustakaan yang ada, sekarang sebagai perbandingan dengan tulisan sebelumnya, maka akan dibahas tentang perpustakaan di Sydney, Australia.

Australia terdiri atas negara bagian (State). Negara bagian mempunyai perpustakaan sendiri. Selain itu kota (city) juga mempunyai perpustakaan sendiri yang berbeda dengan perpustakaan State. Hal tersebut dianalogikan sama dengan Indonesia dimana terdapat perpustakaan propinsi dan perpustakaan kota/kabupaten.

State Library

Perpustakaan State (State Library) berada ditengah kota Sydney yang berdekatan dengan Sydney Opera House. Perpustakaan ini terdiri dari 2 (dua) gedung yang berbeda fungsinya.

Apabila kita masuk kedalam, maka akan kita dapati fasilitas yang ada sangat lengkap. Meja dengan komputer dan lampu belajar (sayangnya tidak difoto), sofa, dan juga locker tempat menyimpan tas yang disewa dengan memasukkan koin. Apabila anda membawa buku sendiri dan membawa laptop untuk belajar, akan sangat menyenangkan berada disini.

Untuk koleksi, buku yang tersedia sangat banyak dan dapat dicari dengan katalog secara daring ataupun katalog fisik. Sebagai contoh katalog fisik adalah dengan tema terkait Indonesia dengan koleksi tulisan dari sebelum kemerdekaan dengan gambar sebagai berikut:

Katalog Indonesia Buku

Katalog Buku Indonesia

Selain itu terdapat ruang galeri (yang sayangnya waktu itu sedang tutup) dan ruang Shakespeare. Ruang Shakespeare dibuat menyerupai ruangan yang didedikasikan oleh kerajaan Inggris kepada sang sastrawan. Ornamen-ornamen dalam ruangan menarik untuk dilihat seperti misalnya simbol bunga para bangsawan dalam war of the roses.

City Library

Perpustakaan kota Sydney mempunyai 9 cabang yang berada di area sekitar kota Sydney. Akan sangat mudah menemukan masing-masing perpustakaan tersebut dengan berjalan kaki.

Fasilitas dalam perpustakaan sangat lengkap dengan meja, kursi, sofa, komputer, wifi, dsb. Anda diperbolehkan membawa minuman ke dalam. Anda bisa meminjam buku/CD/DVD/Majalah/Mainan dan sebagainya dengan jangka waktu 3 minggu sebanyak 30 item. Kalau Anda suka menonton film, saya kira 30 film akan membuat anda hanya akan menghabiskan waktu di kamar. Anda dapat memperpanjang peminjaman secara daring. Selain itu, Anda bisa mengembalikan barang yang Anda pinjam dimanapun diantara kesembilan cabang ini walaupun anda meminjamnya di tempat yang berbeda.

Nah menarik bukan? Untuk menjadi anggota, Anda hanya perlu menunjukkan identitas yang ada (bisa paspor) dan bukti alamat (bisa rekening, listrik dsb). Jadi Anda tidak perlu memfotokopi dokumen tersebut dan menyerahkannya namun hanya perlu menunjukkan saja (mudah-mudahan perpustakaan kita juga bisa begitu).

Perpustakaan kota juga menyediakan buku, CD, Video dengan beragam bahasa misalnya Jepang, Vietnam, Thailand, termasuk Indonesia. Jadi apabila Anda ingin membaca buku dalam bahasa Indonesia Anda akan dengan mudah mendapatkannya disini.

Buku Indonesia City Library

Simpulan

Sangat menarik untuk mempelajari bahwa kepedulian terhadap budaya membaca (dan belajar) sangat difasilitasi dengan layanan perpustakaan yang lengkap (yang tentunya dibiayai oleh anggaran dari pemerintah yang berasal dari pajak masyarakat). Buku, majalah, CD (termasuk DVD) selalu terdapat terbitan yang baru sehingga anggota perpustakaan (yang juga adalah bagian dari masyarakat) dapat meningkatkan pengetahuan (dan juga seni)-nya. Apabila masyarakat semakin terpelajar, yang mendapat manfaatnya juga adalah bangsa dan negara.

Leave a comment

Filed under Belajar

Pajak International, sebuah perspektif

pajak Internasional

Meningkatnya perdagangan dan investasi antarnegara sebagai akibat dari globalisasi dan perkembangan teknologi memicu isu pemajakan antar negara yang walaupun sebenarnya sudah disadari, dibahas dan disetujui bersama sejak dulu dengan adanya persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B) yang semakin meningkat. Namun, perbedaan sistem pemajakan antar negara menimbulkan adanya peluang untuk meminimalisasi jumlah pajak yang harus dibayar di berbagai negara. Dengan adanya proyek Base Erosion and Profit Shifting (BEPS) yang dikomandoi oleh OECD dan G20 serta era keterbukaan informasi dengan Automatic Exchange of Information, perpajakan internasional menjadi isu yang semakin hangat untuk dibahas.

Namun, apakah itu pajak internasional?

Secara garis besar bahasan dalam pajak internasional hanya ada 2 (dua) yaitu:

  1. Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) memperoleh penghasilan dari Indonesia; dan
  2. Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN) memperoleh penghasilan dari luar Indonesia.

Dalam poin nomor 1, justifikasi hak pemajakan yang dipunyai oleh Indonesia secara teoritis lebih dikenal dengan asas sumber, sementara poin 2 lebih dikenal dengan asas domisili.

Karena bahasan pajak internasional hanyalah dua poin diatas, maka pajak internasional semestinya tidak menjadi suatu hal yang sulit untuk dipahami. Namun, permasalahannya tidak sesederhana itu. Sebagai analogi, PPN hanya terdiri atas 2 tarif yaitu 10% dan 0%, namun apakah PPN itu mudah? PPN menjadi sangat sulit ketika kita menyelam lebih dalam menuju detilnya. Hal yang sama dengan analogi tersebut adalah pajak internasional, yang walaupun hanya 2 poin yang menjadi bahasan utama, namun detilnya yang sangat teknis. Ya, ‘the devil is in the detail‘.

Pajak Internasional

Apabila kita melihat diagram Venn diatas, maka permasalahan pajak internasional bagi Indonesia berada pada daerah arsiran dimana terdapat WPDN Indonesia memperoleh penghasilan dari negara X dan juga sebaliknya WPLN dari negara X memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Apa yang terjadi ketika Indonesia dan Negara X menerapkan hak pemajakannya? Tentunya akan terjadi yang namanya pajak berganda (double tax). Bagaimana apabila WPDN Indonesia juga dianggap WPDN oleh negara X? Tentunya akan terjadi situasi yang dinamakan dual resident. Pada akhirnya dikarenakan pertimbangan ekonomi, perdagangan dan investasi, kedua negara bisa jadi sepakat untuk berunding dan menyetujui adanya suatu persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B) atau Tax Treaty sehingga Wajib Pajak tidak dikenakan pajak dua kali (berganda) atas penghasilan yang sama di negara yang berbeda (juridical double taxation).

Sayangnya, ketika P3B terbentuk, pajak berganda memang dapat dikurangi atau dihilangkan, namun terdapat efek samping berupa ‘berganda tidak kena pajak’ yang lazim dikenal dengan double non taxation. Hal ini diakibatkan oleh kewenangan memajaki (tax sovereignty) yang dimiliki oleh masing-masing negara sehingga mereka membuat aturan pemajakan yang berbeda-beda. Perbedaan aturan tersebut ditambah dengan adanya P3B mengakibatkan timbulnya suatu celah / loophole yang dapat dimanfaatkan baik itu untuk tax planning, tax avoidance, ataupun tax evasion.

Otoritas pajak bukannya abai atas fenomena tersebut. Dirancang dan ditetapkanlah aturan untuk mencegah, menangkal, dan mengatasi tindakan penggerusan pajak tersebut dengan aturan anti-avoidance dan juga otoritas pajak di berbagai belahan dunia melakukan penegakan hukum secara lebih agresif.

Transparansi dan keterbukaan informasi ditingkatkan dengan adanya Foreign Account Tax Compliance Act (FATCA) dan Common Reporting Standard (CRS) yang kemudian menghasilkan Automatic Exchange of Information (AEoI). Selain itu, korporasi diwajibkan untuk transparan dengan adanya kewajiban menyampaikan Country by Country Report (CbC R) kepada otoritas pajak yang kemudian informasi tersebut akan saling dibagikan antar otoritas pajak.

Tampaknya, perpajakan internasional akan menjadi lebih mudah dengan hal tersebut. Sayangnya, dunia selalu berubah. Ekonomi digital yang bergulir membesar seperti bola salju tampaknya akan beriringan atau bahkan mungkin akan menggantikan ekonomi fisik. Hal tersebut sepertinya belum terdapat konsensus internasional untuk memajakinya yang tentunya akan menjadi menarik untuk melihat ke arah mana perkembangannya.

2 Comments

Filed under Belajar, Pajak Internasional, PPh

Perpustakaan kami

Pendahuluan

Setelah tulisan saya Perpustakaan, sekarang dan nanti yang mengulas sekilas perpustakaan di kota Melbourne, Australia berselang 4 tahun silam, kali ini saya berkunjung ke perpustakaan di Yogya yang saya sebutkan dalam pengantar tulisan tersebut yang sekarang sudah selesai. Perpustakaan ini berada di dekat Jogja Expo Center.

Bahasan

Begitu pertama kali melihat gedungnya dari jauh, saya sangat terkesan karena gedung yang kelihatan megah dengan halaman rumput yang rapi dan terawat. Bayangan saya bahwa koleksi dalam perpustakaan ini akan sangat banyak dan menggoda untuk dibaca dan didalami. Ketika masuk menggunakan mobil, sayangnya terdapat kesan agak sulit untuk masuk karena jalan untuk masuk mobil sangat sempit (terutama ketika berbelok) dengan memutar halaman dengan jalan yang sangat pas untuk satu mobil. Bagi saya, akses masuk yang mudah akan mendorong pengunjung yang menggunakan mobil untuk datang lebih sering.

IMG_8726

Perpustakaan ini memberikan fasilitas locker yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk menyimpan tasnya karena tas tidak diperbolehkan untuk dibawa kedalam ruang koleksi. Hal tersebut dapat dipahami untuk keamanan koleksi buku. Sayangnya, ketika banyak pengunjung yang datang, locker habis terpakai, dan pengunjung terkadang terpaksa menunggu pengunjung lain yang sudah selesai dan mengembalikan kunci locker karena meninggalkan tas diluar ruang koleksi tanpa pengawasan akan sangat berisiko.

Gedung perpustakaan ini memiliki fasilitas yang relatif lengkap seperti ruang koleksi umum, ruang referensi, buku Braille dalam ruangan tersendiri, ruangan untuk anak, musik, ruangan film 4D, dan sebagainya. Fasilitas tersebut sangat menarik mengingat kebutuhan pengunjung yang berbeda-beda dapat difasilitasi dalam satu tempat.

Karena saya hanya menggunakan ruang koleksi, maka kesan saya terhadap ruang koleksi adalah koleksi tersebut cukup lengkap. Menurut pendapat saya, akan lebih baik lagi apabila ruangan koleksi lebih luas sehingga dapat menampung koleksi yang lebih banyak. Bagi pelajar dan mahasiswa, banyak referensi akan semakin menambah insight terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Apabila perpustakaan menyediakan ragam referensi yang banyak, pengunjung akan mendapat motivasi lebih untuk mendatangi perpustakaan tersebut.

Ruangan koleksi perpustakaan menggunakan karpet, sehingga pengunjung akan sangat nyaman untuk membaca di lantai. Selain itu disediakan juga meja, kursi, sofa dan bean bag yang semakin menambah kenyamanan. Yang saya perhatikan bahwa banyak pelajar yang datang menunjukkan fasilitas tersebut sukses mendorong banyaknya pengunjung.

Bagi saya, agar bisa lama berada di dalam perpustakaan, dibutuhkan air minum misalnya air putih atau kopi. Sayangnya anda tidak diperkenankan membawa makanan dan minuman kedalam ruangan yang menurut saya logis karena akan sangat mudah mengotori karpet, dan mungkin juga koleksi buku. Namun, menurut pendapat saya, tanpa bolehnya minuman dibawa kedalam, pengunjung hanya akan bertahan di perpustakaan beberapa jam saja.

Perpustakaan di Melbourne

Mengulang kembali tulisan saya 4 tahun sebelumnya di blog ini, setingkat kecamatan mempunyai perpustakaan dengan fasilitas yang lumayan lengkap dan tersedia peminjaman VCD/DVD. Untuk perpustakaan kampus, apabila suatu buku tidak tersedia, maka dapat dipinjam dari kampus lain (bahkan beda negara) melalui permintaan peminjaman di situs perpustakaan kampus sendiri, dan mengambilnya bukunyapun cukup di perpustakaan kampus kita sendiri.

Pengunjung boleh membawa tas kedalam ruangan perpustakaan karena pengunjung tidak hanya ingin membaca koleksi perpustakaan saja, namun pengunjung juga banyak yang membawa buku milik sendiri. Dengan adanya beberapa buku dalam satu meja untuk dapat dibaca dan diperbandingkan, maka pemahaman atas suatu topik akan menjadi lebih mudah, dan tentunya ilmu akan berkembang.

Sangat lazim bagi pengunjung untuk membawa kopi atau air putih ke dalam ruangan perpustakaan. Melakukan riset tidak hanya cukup 1 (satu) jam atau 2 (dua) jam. Terkadang berminggu-minggu dan dilakukan seharian penuh. Tanpa adanya suatu minuman sembari membaca/riset, praktis konsentrasi akan berkurang dan bolak-balik keluar ruangan untuk minum dan masuk lagi, hanya akan mengganggu konsentrasi.  

Simpulan

Peningkatan kualitas bangsa ditentukan dari pendidikan yang tentunya salah satu faktor penting adalah pengetahuan yang sebagian besar didapat dari hasil gagasan, olah rasa dan penelitian yang banyak dituangkan dalam buku. Fasilitas yang cukup akan mendorong orang untuk gemar membaca sehingga bukan hanya baik bagi mereka, tapi juga bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Disclaimer: Hal tersebut diatas adalah pendapat pribadi saya yang boleh jadi belum tentu sama dengan pendapat anda.

 

1 Comment

Filed under Belajar

Ilmu Silat dan Ilmu Pajak

hinakelana

“…Lenghou Tiong dan lain-lain sama heran, pikir mereka, “Ilmu silat Hoa-san-pay tetap ilmu silat Hoa-san-pay, mengapa bisa terbagi menjadi dua golongan antara yang baik dan yang jahat? Mengapa selama ini belum pernah terdengar Suhu menceritakan soal ini?”

Leng-sian yang usilan segera bertanya, “Ayah, yang kita latih adalah ilmu silat yang baik dan asli, bukan?”

“…Sudah tentu,” sahut Put-kun. “Tapi golongan yang sesat itu justru mengaku pihak mereka adalah golongan yang baik dan tulen, pihak kita yang dituduh golongan yang sesat. Namun lama-kelamaan antara yang baik dan jahat dengan sendirinya tersisihkan, golongan yang sesat itu akhirnya buyar lenyap dengan sendirinya. Selama 40 tahun ini golongan mereka sudah tidak terdapat lagi di dunia ini.”

“…Titik pokok ilmu silat Hoa-san-pay terletak pada hal latihan Lwekang, bila Lwekang sudah jadi, maka lancarlah dalam cabang-cabang ilmu silat lainnya dan ini adalah cara tulen dari perguruan kita. Tapi di antara tokoh-tokoh angkatan tua perguruan kita dahulu ada suatu golongan yang menganggap letak inti ilmu silat kita berada pada ilmu pedang, jika ilmu pedang sudah sempurna, biarpun Lwekang kurang mendalam juga cukup untuk mengalahkan musuh. Dan di sinilah perbedaan paham antara golongan yang benar dan yang sesat.

Paragraf diatas adalah penggalan dari cerita silat karya Jin Yong yang berjudul Hina Kelana (Siaw Go Kang Ouw) dimana Lenghou Tiong akhirnya dipersalahkan oleh gurunya Gak Put-Kun karena mempelajari ilmu pedang yang dianggap sekte sesat walaupun sebenarnya sekte pedang juga berasal dari aliran perguruannya.

Dari penggalan dialog diatas, kita sadar bahwa terdapat 2 (dua) jenis ilmu yaitu Lwekang (tenaga dalam) dan ilmu pedang (senjata). Sebenarnya diluar keahlian tersebut terdapat banyak ilmu lainnya yang tak kalah mumpuni seperti ilmu gwakang (tenaga kasar), ginkang (meringankan tubuh), dan sihir. Namun memang secara umum keahlian dalam lwekang maupun senjata memang lebih dominan dalam menentukan keunggulan seorang pendekar.

Apabila kita melihat lebih dalam lagi, ilmu lwekang sendiri berbeda-beda jenisnya. Ada yang bersifat dingin atau panas (im-yang) dan juga terdapat perbedaan efek yang ditimbulkannya seperti terbakar, luka dalam serius, racun, dsb. Sementara itu, untuk ilmu senjata, terdapat banyak senjata yang dapat digunakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Walaupun secara umum pedang digunakan, namun terdapat juga perguruan lain yang menggunakan golok, cambuk, tombak, dan berbagai senjata lainnya.

Seorang yang menguasai ilmu pedang belum tentu jago menggunakan golok karena terdapat perbedaan karakter senjata. Pedang lebih ringan, tajam pada dua sisi, dan fleksibel. Sementara golok lebih berat dan kuat sehingga membutuhkan tenaga yang lebih besar untuk memainkannya.

Bagaimana dengan ilmu pajak?

Kita mungkin paham bahwa ibunya ilmu pengetahuan memang adalah filsafat. Dalam dunia kangouw, tak dipungkiri lagi filsafat tersebut juga sangat berpengaruh terhadap gaya bersilat. Dalam ilmu pajak, konsep filsafat juga tak luput mempengaruhi sampai pada   konsep keadilan, kemakmuran, dsb.

Ilmu pajak juga bisa bermacam-macam. Seseorang yang baru belajar pajak akan belajar dasar-dasar perpajakan (kuda-kuda dalam istilah dunia persilatan) yang tentunya dipengaruhi oleh ilmu ekonomi, hukum, politik, dsb.

Selanjutnya, naik pada tahapan selanjutnya adalah ilmu yang lebih spesifik seperti PPh, PPN, KUP, BM, dan PBB. Dalam tataran ini, seorang yang menguasai PPh secara mendalam akan kurang mendalam penguasaannya terhadap ilmu lainnya seperti PPN, KUP, dsb.

Dalam tahapan berikutnya, penguasaan terhadap PPh pun menjadi terspesialiasi, misalnya Pajak Internasional, PPh Pot Put, PPh Badan dan semacamnya. Hal ini sama seperti seorang spesialis ahli pedang yang kurang menguasai pemakaian lembing.

Adakah yang bisa menguasai semua?

Konon, pendekar yang menguasai lwekang yang sempurna tidak membutuhkan senjata lagi karena lengan baju pun bisa menjadi senjata yang tajam seperti sebilah pedang. Hal tersebut kita bisa lihat bagaimana kehebatan Yoko dalam Kembalinya Pendekar Rajawali/Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Sin Tiaw Hiap Lu).

Konon, Lenghou Tiong pun dalam cerita diatas (Hina Kelana) akhirnya menjadi pendekar pilih tanding dan mampu mengalahkan ahli lwekang dengan keahlian pedangnya dengan hanya berkonsentrasi pada kelemahan gerakan lawan.

Apakah anda bisa seperti Yoko ataupun Lenghou Tiong dalam ilmu pajak?

Jawabannya tentu saja bisa asalkan Anda mau berusaha.

Wallahu a’lam….

Leave a comment

Filed under Belajar

Marco Polo dan Pajak

marco-polo

Saya menduga bahwa kita semua sudah pernah mendengar kisah tentang Marco Polo sang penjelajah. Kehebatan Marco Polo, sang pedagang yang berasal dari Venezia yang kemudian menjadi pembantu Kubilai Khan dan menjelajah ke berbagai belahan dunia termasuk sampai ke Aceh, Sumatera.

Kepopuleran Marco Polo berasal dari buku kisah perjalanan yang ditulisnya dengan judul il Milione / The Travels of Marco Polo. Dalam buku tersebut dikisahkan bagaimana penjelajahan yang dilakukannya.

Kali ini, kita tidak akan membahas mengenai petualangannya, namun kita akan membahas keterkaitan kisahnya dengan pajak. Beberapa tulisan menganggap bahwa Marco Polo pernah menjabat sebagai pejabat pajak selama 3 tahun sebagai perwakilan Kubilai Khan di Yanzhou, Tiongkok.

Terkait dengan pajak, dalam buku Marcopolo Perjalanan Sang Petualang dan Saudagar Pemberani ke Daratan Tiongkok digambarkan dengan apik sebagai berikut:

(Sumber: Marcopolo Perjalanan Sang Petualang dan Saudagar Pemberani ke Daratan Tiongkok, Esmeralda Lesmana, Gramedia Pustaka Utama, 2010)

Apabila kita perhatikan, maka dapat dilihat bahwa pajak yang dibayarkan oleh rakyat, pada akhirnya akan dikembalikan lagi kepada rakyat yang membutuhkan. Hal tersebut sesuai dengan teori redistribusi pendapatan.

Apabila kita dalami lebih lanjut, dalam buku The Travels of Marco Polo the Venetian hal 212-213 disebutkan sebagai berikut:

…Now we will leave this subject, and I will tell you of a great act of benevolence which the grand khan performs twice a-year…

THE grand khan sends every year his commissioners to ascertain whether any of his subjects have suffered in their crops of corn from unfavourable weather, from storms of wind or violent rains, or by locusts, worms, or any other plague; and in such cases he not only refrains from exacting the usual tribute of that year, but furnishes them from his granaries with so much corn as is necessary for their subsistence, as well as for sowing their land. With this view, in times of great plenty, he causes large purchases to be made of such kinds of grain as are most serviceable to them, which is stored in granaries provided for the purpose in the several provinces, and managed with such care as to ensure its keeping for three or four years without damage.(dengan tambahan penekanan)

Berdasarkan tulisan tersebut, dapat dipastikan bahwa memang Kubilai Khan waktu itu menyalurkan kembali bahan pangan kepada rakyat yang membutuhkan. Darimana bahan pangan tersebut? tentunya dari tribute/upeti/pajak yang didapatkan dari masyarakat juga. Dengan demikian, dalam keadaan pangan berlimpah masyarakat tidak kekurangan pangan, dan dalam keadaan paceklik, masyarakat dibantu oleh pemerintah.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa pajak sudah dikenal di berbagai periode di berbagai tempat sejak zaman dahulu kala dari periode sebelum masehi sehingga sistem pemajakan pada periode pengabdian pada Kubilai Khan di abad 13 bukanlah sesuatu yang baru. Namun hal tersebut menjadi menarik mengingat pada penaklukan dunia oleh Jenghis Khan dan Kubilai Khan membutuhkan dana yang besar yang tentunya dibutuhkan pajak (atau mungkin didanai dari rampasan perang).

Leave a comment

Filed under Belajar

Dunia Kang-Ouw (dan Pajak)

Apabila anda penggemar cerita silat, tentunya Anda akan mengenal Chin Yung/Jin Yong dengan karya fenomenalnya yang dahulu pernah ditayangkan di TV dengan Andi Lau yang berperan sebagai Yo Ko (wah jadi ketahuan umurnya :-)). Anda juga mungkin familiar dengan Kho Ping Hoo dengan banyak karyanya yang sangat menarik.
Lalu, apa hubungannya cerita silat tersebut dengan pajak?

Dunia kang-ouw (persilatan) yang digambarkan pada buku-buku tersebut tidak berbeda dengan dunia perpajakan. Akan kita temukan dimana banyak orang yang mengadu ilmu, entah untuk unjuk kemampuan, untuk tujuan komersial, atau memang tugasnya seperti itu.

Apabila anda pernah membaca trilogi ketiga buku karya Chin Yung dibawah ini, maka pemahaman kita kurang lebih akan sama.
1. Pendekar Pemanah Rajawali (Sia Tiaw Eng Hiong
2. Kembalinya Pendekar Rajawali/Rajawali Sakti dan Pasangan Pendekar (Sin Tiaw Hiap Lu)
3. Pedang Langit dan Golok Naga (To Liong To)

Hal yang sama juga didapat apabila anda pernah membaca karya Kho Ping Hoo seperti Suling Emas, Mutiara Hitam dsb.

Terdapat berapa kondisi umum dalam dunia kang-ouw yang akan dibahas dalam tulisan ini.

Pertama, terdapat prinsip ‘diatas langit masih ada langit‘. Dalam dunia kang-ouw, prinsip tersebut menjadi pegangan bagi kalangan pendekar. Prinsip tersebut berarti bahwa sehebat apapun ilmu silat seseorang, (suatu saat) pasti akan ada yang melebihi ilmu silatnya. Ilmu silat (baca: pajak) selalu berkembang, ditambah dan diperbarui sehingga orang yang menjagoi dunia persilatan pun akan selalu berubah. Selain itu, ilmu ginkang (meringankan tubuh) sinkang (tenaga dalam/kanuragan) dan gwa kang (tenaga fisik) akan selalu terus diasah oleh para jago silat tersebut sehingga praktis, tak ada satupun jago yang bisa bertahan lama di puncak piramida. Dengan jurus dan ilmu baru saja misalnya Thi-ki-i-beng (ilmu yang bisa menyedot sinkang lawan), Cia Keng Hong bisa menjadi jago pilih tanding.

Dalam dunia pajak, bisa jadi seseorang jago pajak penghasilan misalnya di suatu daerah, namun dunia tidaklah selebar tempurung. Di daerah lainnya akan terdapat banyak lagi yang lebih jago, belum lagi yang berada di kota raja (Jakarta). Akan tetapi, diatas mereka, masih banyak kita temukan para senior ahli pajak yang lebih paham, diatasnya lagi, di tingkat dunia banyak lagi yang lebih cerdas. Akhirnya sulit dikatakan siapakah yang bisa lebih hebat ilmu pajaknya.

Kedua, sehebat apapun seorang guru, tanpa tulang yang baik (baca: bakat bersilat) dan otak yang cemerlang, maka seseorang akan menjadi pesilat biasa-biasa saja. Tulang yang bagus sebenarnya merupakan prasyarat utama menjadi jago pilih tanding walaupun bisa jadi otak tidaklah terlalu cemerlang. Hal tersebut bisa kita lihat dari Kwee Ceng, Pendekar Pemanah Rajawali, yang dengan kemampuan otak yang terbatas namun dengan ketekunannya (disamping  sifat baik dan keberuntungan tentunya) pada akhirnya mampu menjadi pendekar nomor satu. Hal tersebut berbeda jauh dengan putrinya yang sekaligus muridnya yaitu Kwee Hu, yang hanya mempunyai ilmu silat yang tidak seberapa. Bisa kita bandingkan dengan Yo Ko, misalnya, yang mempunyai bakat dan kecerdasan, dalam usia muda bahkan bisa melampaui pencapaian ilmu silat Kwee Ceng.

Ketiga, sehebat apapun bakat, secerdas apapun pesilat, apabila tidak mempunyai guru yang merupakan pesilat tingkat tinggi, maka hal itu tidak akan berarti. Bisa kita bayangkan apabila Yo Ko tidak bertemu dengan Siao Liong Lie (bibi Lung)  yang kemudian mengajarinya silat dan tidak mendapat petunjuk dari para datuk dunia persilatan seperti Awyang Hong, Ouy Yok Su, Ang Chit Kong, dsb, maka kepandaian Yo Ko tak akan bisa sedemikian hebat.

Pada poin kedua dan ketiga, baik dalam dunia persilatan yang mengutamakan fisik dan kecerdasan, dalam dunia pajak (kita kesampingkan fisik) kecerdasan menentukan pemahaman seseorang akan ilmu pajak sementara keahlian merangkai kata dan beretorika menjadikan aplikasi ilmu tersebut menjadi ampuh. Namun, (seperti halnya Kwee Ceng), sepanjang kita mau berusaha dengan giat, maka lambat laun kemampuan akan bertambah apabila kita mau terus mengasah ilmu dengan terus belajar dan berlatih tanding (baca: berdiskusi). Petunjuk dari para tetua dunia persilatan yang didapat misalnya dengan berdiskusi langsung, mengikuti seminar atau kegiatan lainnya akan sangat membantu kita memahami sendi filosofis ilmu perpajakan.

Keempat, kegigihan dan latihan bertahun-tahun menjadikan ilmu silat meningkat. Dibuku silat manapun, tak ada pesilat yang menjadi ahli tanpa berlatih, tak ada pesilat kelas tinggi yang tak merasakan kerasnya dunia persilatan dengan risiko kematian. Para murid yang sudah siap diharuskan untuk turun gunung menimba pengalaman, karena dunia tak hanya apa yang disampaikan oleh sang guru saja.

Pada poin keempat ini, memang tak terbantahkan lagi, ilmu pajak itu adalah skill (keahlian), bukan hanya mengandalkan pemahaman. Semakin banyak berlatih dan berlatih tanding serta belajar dari banyak pengalaman akan menjadikan seseorang menjadi ahli yang pilih tanding.

Kelima, takdirlah akan sangat menentukan. Dalam dunia kang-ouw, banyak peristiwa dimana nasib baik menjadikan sang pesilat berjodoh dengan suatu hal yang sangat berpengaruh terhadap ilmu silat. Misalnya, nasib baik Kwee Ceng meminum darah ular yang ternyata sudah diberikan ramuan sehingga tenaga dalamnya bisa meningkat. Lalu bagaimana dia bisa berjodoh dengan kitab Kiu Im Cin Keng yang akhirnya menjadikannya jago dunia persilatan. Selajutnya bagaimana beruntungnya Yo Ko diberi makan buah merah penambah tenaga oleh sang rajawali yang ternyata buah tersebut hanya berbuah sekali dalam puluhan tahun.

Poin terakhir memang menunjukkan bahwa kita hanya manusia ‘untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak‘ rejeki dan takdir tidak akan berpindah. Sehebat apapun seseorang berusaha, apabila bukan rejekinya, maka kesempatan tak akan datang. Namun, apabila belum siap, kesempatan yang datang pun akan sia-sia. Apabila sudah rejekinya, siapapun tak bisa menghalangi seperti beruntungnya Kwee Ceng, Yo Ko, dan banyak pesilat lainnya.

Sebagai penutup, penulis menyimpulkan bahwa baik dunia kang-ouw maupun dunia pajak, prinsip-prinsip yang dijelaskan diatas kurang lebih akan sama.

1 Comment

Filed under Belajar